Ikatan Manusia.

Diffa' Shada
2 min readJun 23, 2023

--

Well, aku punya pertanyaan. Lebih penting mana kita mengurus diri kita (dalam hal ini keluarga kita, lingkungan, teman-teman, anak-anak, dan sebagainya) atau mengurusi sebuah sistem pemerintahan yang besar (seperti hukum, aturan-aturan, sanksi, kenegaraan, dan sebagainya)?

Pertanyaan ini tentunya melahirkan beberapa pertanyaan lanjutan. Ada yang pro, kontra, ataupun pro kontra. Kan, bisa diatur bersama. Apa salahnya kita mengurus diri terlebih dahulu baru kemudian mengurus sistem yang besar. Bukankah kita bisa mengatur prioritas kita? Ada bagian-bagian yang harus kita pahami bersama. Jangan aneh-aneh, deh. Lazimnya jawaban tersebut akan cukup sering kita dengar. Mulai dari warga hingga orang yang memiliki kuasa akan memilih jawaban yang serupa. Tapi, coba kita perjelas lagi. Di saat ada sebuah pendapat yang berselisih, ada orang-orang yang memiliki kepentingan masing-masing dan ada orang yang mengatur dan menjalankan pihak-pihak tertentu, siapa yang akan mengatur? Apakah kembali pada diri masing-masing? Saling introspeksi diri? Mencoba untuk mencari jalan tengah sebaik mungkin?

Tentu jawaban-jawaban dan pertanyaan-pertanyaan itu tidak mungkin dapat dipahami dalam satu kacamata yang sama. Ada golongan — golongan tertentu yang memiliki keputusan berbeda. Mungkin mereka sudah aman. Kegiatan mereka tidak banyak. Aturan mereka sedikit. Hubungan mereka baik-baik saja. Jarang terjadi perpecahan. Bagi mereka, itu tidaklah penting. Tapi, bicara sebagian besar dari kita? Manusia yang diciptakan dengan akal dan naluri yang baik? Kemampuan untuk mempertahankan diri? Belum tentu.

Ilustrasi sebuah ikatan yang kokoh

Di sinilah kegamangan mulai terbentuk. Aturan demi aturan diterapkan. Hukum diciptakan. Muncul beberapa hirarki kepemimpinan dan turunannya. Semua orang bersatu dan bersepakat dalam satu suara. Perdamaian. Persatuan. Ikatan. Beribu-ribu tahun manusia mencoba untuk memperbaiki keadaan yang tidak ideal. Mulai dari zaman tidak berperadaban hingga peradaban modern seperti sekarang. Hasilnya? Manusia semakin banyak. Teori semakin banyak. Hukum semakin banyak. Kecenderungan manusia semakin banyak. Ikatan dan persatuan semakin banyak.

Lalu, apa yang terjadi dengan semua itu? Tidak ada keselamatan. Manusia saling tuduh-menuduh. Menganggap dirinya paling benar. Merasa kelompoknya-lah yang berhak ini dan berhak itu. Solusi-solusi itu rupanya belum dianggap wajar. Dan malah memunculkan hal sebaliknya.

Di sinilah peran penting adanya Ikatan yang baik. Ikatan yang mampu memberikan keselamatan. Ikatan yang mampu menjelaskan solusi-solusi dengan aturan-aturan yang memperbaiki. Ikatan Islam. Di dalam Al-Quran, Allah SWT. berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِين

(208) Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Islam mengatur hubungan sesama manusia. Islam mengatur peran keluarga yang sakinah dan baik. Islam mengatur bagaimana mengelola sistem pemerintahan yang baik. Semua itu terukur dan terkonsep dalam suatu agama yang sejalan dengan naluri dan akal manusia. Lalu, kembali ke pertanyaan di awal tadi, seberapa penting peran kita?

--

--