Diffa' Shada
2 min readMay 7, 2023

Kenapa berorganisasi kemahasiswaan itu menjadi kurang penting ?

Disclaimer, ini murni pengalaman sebagai mahasiswa dan pandangan terhadap orang- orang sekitar yang berkecimpung di dalamnya.

Ada beberapa alasan sehingga mahasiswa memutuskan untuk tidak terlalu mementingkan berorganiasi. Pertama, organisasi mahasiswa diisi oleh orang- orang yang telah memiliki pengalaman organisasi di tahapan sebelumnya, setingkat SMA. Kondisi ini menjadi sebuah nilai yang aktual dan nyata dan secara otomatis orang-orang yang kurang(dalam berorganisasi) akan lebih tersingkirkan. Kedua, kultur atau budaya organisasi yang heterogen. Disini, lebih banyak ditemukan manusia-manusia unik dan ajaib.Dan juga kepentingan-kepentingan. Lazimnya, seorang mahasiswa baru atau maba akan menjalani beberapa tahapan ospek atau orientasi sebagai pengenalan dunia kampus. Namun, praktiknya tidak selalu baik dan sistematis. Agaknya relate dengan kultur dan hirarki organisasi, menjadikan maba justru mendapat pengalaman yang berbeda. Lingkungan yang heterogen juga turut mendukung suasana tersebut. Ketiga, adanya sistem hirarki organisasi. Menjadikan organisasi terbagi menjadi kasta-kasta atau golongan-golongan tertentu. Dengan pengalaman dan posisi yang telah diraih lebih dahulu, secara “alamiah” sebuah organisasi akan menjadi pungkasan atau pemuncak hirarki bagi organisasi lain. Keempat, adanya legacy atau pengakuan dari otoritas kampus. Hal ini sudah menjadi jamak dan lazim ditemui di lembaga-lembaga kemahasiswaan di beberapa kampus untuk menjalankan acara-acara kemahasiswaan tertentu. Tak jarang, mereka juga ikut mengontrol dan memantau setiap gerak-geriknya. Kelima, adanya sistem keterikatan. Cukup lazim, beberapa organisasi kemahasiswaan mensyaratkan kontrak bagi mahasiswa untuk menyepakati beberapa hal tertentu. Hal inilah yang membuat beberapa mahasiswa menjadi seolah “bergantung” pada sebuah organisasi. Hingga, sebuah organisasi menjadi sebuah keharusan baginya.

Hal-hal di atas adalah sebagian kecil alasan, dan mungkin praktiknya lebih mudah ditemukan ketika dalam kondisi sebenarnya. Pada dasarnya, semua tergantung pada mahasiswa untuk pandai-pandai memilih dan memilah. Tidak semua dipandang buruk, pun juga tidak semua baik. Layaknya mata pisau, dua sisi, dua posisi, dua prestasi.