Memaksimalkan Potensi Diri : Perlu atau Tidak ?

Diffa' Shada
2 min readAug 23, 2023

--

Tulisan ini terinspirasi dari salah satu narasi video youtube yang berkaitan dengan “Menjadi Generalis atau Spesialis ?”

Di tengah gempuran era media yang semakin cepat, tuntutan kecepatan dan fleksibilitas menjadi penting, serta social engagement (meminjam bahasa marketing) yang tinggi, kita diberi dua pilihan : mengikuti atau menyertai.

Kedua pilihan di atas sepertinya memiliki makna yang hampir sama, yaitu berorientasi dalam satu jalur yang sama. Mengikuti berarti kita berada dalam jalur yang sama, dengan komando atau perintah yang sama, sedangkan satu lagi, menyertai, konteksnya lebih fleksibel, kita bisa berada di belakang, depan,maupun berjalan bersisian. Intinya, kita harus mengikuti apa yang menjadi tuntutan sebuah perubahan.

Meminjam beberapa contoh dari kasus dimana sebuah perubahan tidak terjadi dari sebuah brand telepon genggam, yang akhirnya mengalami kegagalan. Belasan tahun telah mendominasi pangsa pasar telepon genggam, namun tidak siap dengan perubahan yang menuntut perkembangan dan inovasi tinggi.

Gambar yang berpotensi :)

Hal ini mengubah persepsi serta kerangka berpikir dari yang semula bersaing dengan kondisi yang cenderung statis menjadi dimamis. Sebagai manusia yang dianugerahi konsep berpikir yang terus mengalami upgrading, nilai-nilai tersebut harus kembali disesuaikan.

Potensi diri, sebuah hal yang melekat pada ciri khas manusia juga turut serta dalam hadirnya perubahan-perubahan ini. Menjadi Generalis atau Spesialis rupanya harus terus diasah. Generalis yang berfokus pada kedinamisan atau Spesialis yang mendiami suatu konsep secara statis.

Berkenaan dengan hal itu, ada beberapa pertimbangan mengapa kita perlu memilah dan memilih dalam memaksimalkan potensi diri kita. Seseorang yang bisa dalam baca-tulis, hingga hal-hal yang membutuhkan kreativitas tinggi rupanya cukup menjanjikan. Ia bisa mengerjakan hal-hal yang beragam dengan tempo yang cukup. Dibanding menguasai satu hal dengann kapasitas yang melebihi standar, namun cukup struggle menghadapi hal yang lain.

Oleh karena itu, semua hal tersebut perlu manajemen yang baik. Perlu adanya sikap untuk bisa memaksimalkan potensi diri kita. Begitu juga sikap untuk menjadi setting point. Seorang seniman tidak bisa memiliki konsep berpikir yang terstruktur, sementara peneliti tidak bisa berimajinasi dengan baik. Pola tersebut bisa diadaptasi dengan beberapa bentuk yang lain. Seperti berkolaborasi, berinovasi, berkreasi, hingga menciptakan ruang-ruang konsep yang baru dengan mempertimbangkan hal-hal yang perlu maupun tidak.

Jadi, perlukah memaksimalkan potensi diri kita?

--

--